SINDROM pra-menstruasi atau PMS adalah sekumpulan gejala yang tidak nyaman, menyakitkan dan mengganggu, serta menyerang beberapa wanita sebelum haid. Separuh penderita PMS sangat menderita hingga mereka harus absen sekolah atau cuti bekerja. Tapi, apakah sindrom pra-menstruasi itu?
PMS dalam istilah psikiatrik disebut premenstrual dysphoric disorder, yaitu suatu gangguan yang dipicu oleh perubahan kadar steroid dalam tubuh yang menyertai siklus haid. Gangguan ini terjadi sekira satu pekan sebelum awal haid dan dialami sekira 5% wanita.
“Gejalanya ditandai dengan mudah tersinggung, emosi labil, nyeri kepala, cemas, dan depresi. Gejala fisiknya ditandai dengan bengkak, peningkatan berat badan, nyeri payudara, pingsan, dan kesemutan,” terang dr. Cecilia J. Setiawan, SpKJ, MKes, psikiater di RS Awal Bros Tangerang, secara eksklusif kepada Okezone, melalui pesan elektronik belum lama ini.
Sindrom pra-menstruasi kini diterima secara luas sebagai suatu kelainan medis nyata yang menyerang wanita selama masa suburnya. “PMS berhubungan dengan hormon menstruasi, yaitu perubahan kadar steroid dalam tubuh, serta dapat menimbulkan gejala fisik dan psikologis,” tutur dr. Cecilia.
Ada berbagai teori mengenai cara terbaik menangani PMS. Namun, kata dr. Cecilia, tidak semua wanita memerlukan pertolongan medis untuk PMS. Seringkali, gejalanya cukup dikendalikan dengan perubahan pola makan dan gaya hidup.
“Pengobatannya sesuai dengan gejala yang dialaminya, meliputi antinyeri, obat anticemas dan depresi,” tutupnya.
(tty)
sumber: http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=36189&utm_medium=twitter&utm_source=EOC+Forum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar